JOGJA – Komisi XI DPR RI bersama Bank Indonesia (BI) tengah gencar melakukan sosialisasi transaksi pembayaran melalui QRIS, sebuah sistem pembayaran cashless atau non tunai. QRIS dinilai sebagai cara pembayaran kekinian yang praktis, pengeluaran tercatat serta aman.
Demikian mengemuka dalam acara bertema “Implementasi QRIS : Sosialisasi Cinta Bangsa Paham Rupiah dan Pembayaran Digital Qris Menuju Masyarakat Non Tunai”, di Pendopo Art Space, Ringroad Selatan, Tegal Krapyak, RT 01, Glugo, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Sabtu (10/9/2022).
“Pembayaran secara non-tunai alias cashless semakin diminati masyarakat, dengan metode cashless ini masyarakat tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah yang banyak,” terang RM Moch Wahyu Wibisono, mewakili Ketua Komisi XI DPR RI, saat menyampaikan sambutan dihadapan ratusan pelaku UMKM yang hadir dalam acara sosialiasi tersebut.
Pembina Mudadaya itu mengatakan dengan berkembangnya teknologi saat ini, semua transaksi baik perdagangan, toko, warung, tiket wisata, pembayaran tagihan, dan transaksi lainnya dapat dibayarkan melalui aplikasi dari penyelenggara jasa sistem pembayaran baik bank maupun non bank.
Hal itu dikenal dengan uang elektronik atau e-money. Walaupun terbilang sederhana namun hal tersebut masih memerlukan beberapa QR untuk setiap transaksi yang berbeda. “Nah, dengan adanya QRIS Bank Indonesia, semua QR dari berbagai aplikasi pembayaran dapat dibayarkan dengan satu kode QR walaupun dari PJSP (Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran) yang berbeda,” tuturnya.
BACA JUGA : Ratusan UMKM di Jogja Sambut Transaksi Non Tunai, RM Wibisono Kenalkan QRIS
Menurutnya QRIS ini masih terbilang baru, dan segelintir orang masih ada yang belum memahami apa sebenarnya QRIS BI itu. “Semoga acara ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan pelaku UMKM dan pegiat budaya pada khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta,” terangnya.
Sementara itu Kadek Budi Arsana Perwakilan BI DIY mengajak para paku UMKM mencintai bangsa dan paham rupiah. Dalam paparannya disebutkan rupiah menjadi bagian dari perjalanan Indonesia. Adapun penerbitan ORI merupakan hari bersejarah sebagai penanda kedaulatan bangsa dan wujud bangsa terlepas dari penjajah seutuhnya.
“Mata uang tunggal rupiah menjadi alat perjuangan bangsa dan simbol kedaulatan negara pada masa paska kemerdekaan,” tulisnya.
Ia memberikan tips cara memperlakukan rupiah dengan menyebut “lima jangan”. ” jangan dilipat, jangan diremas, jangan dicoret, jangan didistapler, jangan dibasahi,” terangnya.
Menurutnya rupiah selain sebagai alat pembayaran yang sah juga sebagai saran pemersatu Bangsa. “Karen itu mari cerdas bertransaksi dengan rupiah,” katanya.
Sementara itu Dwiarti Larasputri yang juga merupakan perwakilan BI DIY menjelaskan banyak manfaat menggunakan QRIS. Bagi pemerintah, QRIS mendorong pertumbuhan
ekonomi yang lebih inklusif, terdatanya UMKM dan transaksinya untuk formulasi
kebijakan, pembayaran retribusi dan
pajak yg murah dan efisien serta mendukung elektronifikasi Pemerintah.
“Juga menjadi persiapan ke ekonomi
keuangan digital dan smart city,” katanya.
Dengan menggunakan QRIS maka aktifitas transaksi menjadi higienis, tanpa kontak fisik, mengikuti tren, membantu penjualan, tercatat dan dana terinput langsung di akun
Termasuk manfaat QRIS bagi para pelaku UMKM maka dalam proses transaksi terhindar perlu uang kembalian, terhindar uang palsu dan pencurian, non tunai dengan biaya paling murah untuk segment mikro gratis. Juga, untuk mendukung penjualan online, membangun credit profile untuk kemudahan mendapatkan pembiayaan.
Bagi setiap pengguna maka fungsi QRIS sebagai cara pembayaran kekinian yang praktis, pengeluaran tercatat, aman, penyelenggara dipastikan berijin dan
diawasi oleh BI, serta cepat dan nyaman.
“Efisien, membantu pelaku UKM dan akselerasi ekonomi keuangan digital,” tuturnya.
Salah seorang peserta pelaku UMKM, beralamat di Blok O Maguwo, RT 15, 27, Banguntapan, Bantul Elsye Isni Liyanti mengaku senang dengan adanya sosialiasi QRIS, tersebut. Walaupun diakui begitu faham namun saat saat ia akan mencoba untuk menggunakan QRIS.
“Luar biasa acara ini bisa memfasilitasi kami untuk berkembang maju,” terang Elsye yang memiliki UMKM penjualan Kacang Umper, Ayam Lengkuas dan Janagel, itu.
Acara sosialisasi tampak semakin meriah karena disuguhi pertunjukan atraksi seni tari jaranan dari Sanggar Seni Patmasana, yang beralamat di Gedriyan, RT 02, Padukuhan Nyangkringan, Bantul, Bantul.
“Kita turunkan lima penari anak anak. Ini merupakan tarian jaranan yang menggambarkan budaya kita,” terang Ketua Sanggar Seni Patmasana, Agung Heru Apriyanto.
Ia berharap pertunjukan seni tari dapat difasilitasi oleh pemerintah melalui program-program yang terkait. “Seperti saat ini, tentu kami senang dilibatkan. Harapannya sering-sering seni tari ini dilibatkan, dengan demikian anak-anak akan mengenali dan mencintai budayanya sendiri,” ujarnya.
Agung mengaku di Sanggar Seni Patmasana sebetulnya masih kendala terkait tempat latihan yang kurang memadahi. “Kendalanya karena lahan yang ada tidak luas, kalau dirumah maksimal 7 delapan anak, jadi kalau latihannya banyak anak anak harus pinjam tempat di lapangan badminton tidak jauh dari Sanggar,” kata Agung yang memiliki binaan seni tari jaranan sebanyak 25 anak, itu. (Ana/Ara).