banner 728x250

MUI DIY Minta Masyarakat Tak Persoalkan Perbedaan 1 Syawal

  • Share
Ketua MUI DIY KH. Machasin. Foto : Istimewa.
banner 468x60

JOGJA – Hari raya Idul Fitri 2023 berpotensi mengalami perbedaan antara Kementerian Agama (Kemenag) dengan Muhammadiyah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY mengimbau warga masyarakat agar tidak mempersoalkan perbedaan terkait penetapan 1 syawal.

“Hendaknya menyikapinya secara arif bijaksana, tanpa perlu diperdebatkan lagi,” terang Ketua MUI DIY, KH Machasin, di Kantor MUI DIY, Senin (17/4/2023).

banner 336x280

Pemerintah pusat melalui Kemenag RI baru akan menentukan tanggal Idul fitri lewat sidang isbat pada 20 April 2023. Sementara, Muhammadiyah sejak beberapa waktu lalu sudah memutuskan bahwa Idul fitri 2023 akan jatuh pada 21 April 2023, melalui Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/1.0E/2023 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, serta Zulhijjah 1444 H.

Machasin menyampaikan, perbedaan tanggal pelaksanaan salat ied bukan kali ini saja terjadi di tanah air. Sehingga, sebenarnya riak-riak kecil dapat dihindari, karena warga masyarakat sudah sangat terbiasa merayakan hari raya dalam waktu yang berbeda, meski biasanya selisihnya tidak terlampau jauh, atau hanya satu hari saja.

BACA JUGA : MUI DIY Ingatkan Tetap Jaga Kerukunan di Pemilu 2024

Marak Kasus Pelecahan Seks di Ruang Publik, Lawan Dengan 5D

“Tapi, enam tahun kemarin kita tidak ada perbedaan. Hanya saja, itu bukan karena kita mampu mengatasi perbedaan, tapi karena posisi bulannya yang tidak memungkinkan untuk berbeda, jadi salat ied-nya berbarengan, ya,” ucapnya.

Oleh sebab itu, ia berharap, perbedaan ini tak perlu diperdebatkan kembali, karena bisa berdampak pada perpecahan antar umat Islam. Terlebih, di DIY yang notebene merupakan tanah kelahiran Muhammadiyah, dipastikan banyak masyarakatnya yang memilih untuk melaksanakan Idul fitri pada 21 April 2023, selaras maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

“Kita tidak perlu mempersoalkan, kita sudah tahu, keduanya ada dasarnya. Itu, kan, dalam Quran juga dijelaskan, barang siapa yang menyaksikan hadirnya bulan maka berpuasalah, itu awal Ramadan. Maka, di akhirnya pun juga begitu,” ucap Machasin.

“Menyaksikan itu, bisa menyaksikan dengan ilmu atau dengan mata. Jadi, ya, sudah, sama-sama kuat, dua-duanya menggunakan hisab. Cuma, yang satu hisab saja, kemudian satunya lagi menggunakan hisab dan ditambah dengan rukyat juga,” imbuhnya.

Alhasil, alangkah baiknya, warga yang memilih untuk Idul fitri pada 21 atau 22 April, bisa saling membantu, sembari tetap menjalankan keyakinannya. Dengan begitu, kerukunan antar ummat Islam, khususnya di lingkungan warga masyarakat dapat semakin solid tanpa potensi perpecahan hanya karena terdapat perbedaan dalam menjalankan salat ied.

“Jadi, tidak usah diperdebatkan, i menjadi pilihan masing-masing,” tegas Machasin. (Ara/Ana)

banner 336x280
banner 120x600
  • Share