banner 728x250

Pramuwisata dan Tantangan Pariwisata DIY di Masa Pandemic

  • Share
Foto bersama usai pelatihan Pemandu Wisata Pokdarwis Kalurahan Giricahyo, dari areal wisata Paralayang, Bukit Soka sampai ke Goa Langse, Kamis (4/8/2022). Foto : istimewa.
banner 468x60

PAWISATA di DIY menduduki posisi kedua dalam kunjungan wisata senasional sesudah Bali. Sekalipun potensi wisata di DIY setara dengan Bali, tetapi pengembangan masyarakat dalam mengelola wisata masih harus dipersiapkan dengan baik.

Edge Resort Yogyakarta bekerja sama dengan Yayasan Griya Jati Rasa pada hari Kamis (4/8/2022) melakukan pelatihan Pemandu Wisata Pokdarwis Kalurahan Giricahyo, dari areal wisata Paralayang, Bukit Soka sampai ke Goa Langse.

banner 336x280

Pelatihan sendiri dilakukan di Joglo Adi Satrio, Edge Resort Yogyakarta. Selain dihadiri oleh pramuwisata yang sudah langsung melayani wisatawan di zona Watu Gupit, Bukit Soka, Goa Langse, pelatihan ini juga dihadiri oleh pemula pramuwisata maupun ketujuh Kepala Dusun di Kalurahan Giricahyo.

Kegiatan pelatihan yang dihadiri kurang lebih 30 orong ini sebagai rangkaian dari perayaan peradaban Indonesia untuk merayakan 200 tahun rumah pusaka yang saat ini menjadi pusat aktivitas di Edge Resort Yogyakarta, 1 tahun keberadaan Edge Resort Yogyakarta dan 7 tahun Yayasan Griya Jati Rasa.

Setiyo Hartato selaku Kepala Bidang Ekonomi Kreatif dan Industri Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kabupaten Gunung Kidul tampil memukau dengan memberikan motivasi kepada peserta tentang tujuan wisata adalah menyenangkan wisatawan.

Penyampaian yang sederhana dengan contoh-contoh tentang sikap pramuwisata yang profesional disampaikan untuk menguatkan kebijakan pemerintah menjadikan pariwisata di DIY bertaraf internasional.

Sikap profesional pramuwisata itu terkait dengan penguatan nilai-nilai diri yang disiplin dalam melayani wisatawan, memastikan keamanan dan keselamatan wisatawan, kerendahan hati untuk menjelaskan tentang keunikan situs wisata yang dikunjungi dan kemampuan untuk menyelesaikan kesalahpahaman selama interaksi wisata terjadi.

Sementara persiapan di luar diri seorang pramuwisata terkait langsung dengan pra kunjungan, pada saat kunjungan dan paska kunjungan wisatawan. Pramuwisata diharapkan bisa menggunakan HP nya untuk membangun komunikasi dan jejaring dalam memastikan ketertarikan daerah wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan.

BACA JUGA : Kerinduan Pengunjung Membludak di BBW, Bazar Buku Terbesar

Seru, Mahasiswa Asing dan IGOV UMY Belajar Sejarah Borobudur

Materi yang berjudul “Menjadi Pramuwisata di masa Pandemik” bertujuan mendorong para peserta untuk bisa mempersiapkan diri menjadi pramuwisata yang professional dengan mendapat sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Profesi.

Pengetahuan pramuwisata perlu terus diperdalam baik yang terkait dengan kebijakan pengembangan pariwisata dimana Kapanewon Purwosari termasuk dalam Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP 4) yang menekankan pariwisata alam, pantai berbasis budaya.

Pramuwisata perlu mengerti cerita-cerita lokal yang dapat dikemas dan disebarkan memanfaatkan media sosial dari aplikasi HP yang dimilikinya.

Sementara narasumber lain yaitu Farsijana Adeney-Risakotta dengan judul materi “Sampah dan Perubahan Iklim, tantangan Pariwisata di DIY meletakan pembahasannya dalam perspektif budaya.

Peta geografis Yogyakarta dalam imajinasi Farsijana, serupa dengan bentuk tubuh manusia yaitu tubuh Semar. Tubuh yang berdiri menghadap ke barat, dengan kaki menanjam kuat terbelah oleh kali opak, kaki kiri di Gunung Kidul dan kaki kanan di Kulon Progo. Kuncung Semar adalah Gunung Merapi dengan posisi hati sebagai pusat nilai berada di kraton dan perutnya di Panggungharjo, Bantul sebagai pusat lumbung padi. DIY yang Hamemayu Hayuning Bawana seperti digambarkan dalam peta makrokosmos tubuh Semar saat ini berada dalam tantangan global yaitu perubahan iklim.

Kepedulian pramuwisata dalam menjaga alam harus dimulai dengan sikap untuk melindungi alam dari tumpahan sampah sembarangan. Pariwisata di atas tebing di Gunung Sewu, terutama di sebelah barat laut di bagian atas dari pantai Parangtritis berhubungan langsung dengan samudera Indonesia.

Peradaban samudera Indonesia yang harus dibangun dari pengelolaan wisatawan adalah parawisata tanpa sampah. Sampah yang berada dipermukaan tanah dapat menutupi jalur serapan air ke dalam tanah.

Sementara apabila sampah bertebaran sampai ke laut bisa mematikan biota laut. Pelatihan ditutup dengan komitmen bersama untuk tergabung dalam jejaring Whapsapp dari Dinas Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul untuk menindalanjutkan program-program pengembangan kapasitas pramuwisata yang dapat dikerjasamakan dengan pemerintah maupun pihak stakeholder lainnya seperti Edge Resort Yogyakarta dan Yayasan Griya Jati Rasa. (*/nas).

banner 336x280
banner 120x600
  • Share