JOGJA – Kualitas penglihatan mata bagi usia anak-anak mengalami gangguan berupa rabun jauh. Kasusnya meningkat usai masa pandemi, faktor pemicunya karena intensitas tinggi dalam pemanfaatan gadget termasuk keharusan mengikuti belajar online atau jarak jauh.
Kasus kesehatan mata anak-anak itu bermula dari para orang tua siswa dan para guru di SMA Negeri 3 Jogja, yang mengeluhkan anak atau siswanya mengalami gangguan penglihatan. Pun, dengan dukungan para alumni SMA Negeri 3, kemudian mengadakan kegiatan pemeriksaan mata secara gratis, Senin (15/8/2022).
“Banyak teman-teman guru dan orang tua mengeluhkan siswa atau anaknya mengalami gangguan penglihatan,” terang Ketua Panitia Pemeriksaan Kesehatan Gratis SMA N 3 Jogja Indah Rahayu.
Menurut Indah, ada siswa yang selama pandemi selalu berprestasi namun setelah sistem belajar mengajar dibuka secara tatap muka, siswa itu justru mengalami penurunan prestasi. “Padahal si anak itu sudah duduk di kursi depan. Tapi, saat ditanyakan, ternyata tetap tak mampu melihat dengan jelas apa yang ditulis guru di papan tulis,” ucapnya.
Berangkat dari temuan dan keluhan para guru dan orang tua siwa tersebut, pihak sekolahan menggandeng para alumni mengadakan pemeriksaan mata dan bantuan kacamata secara gratis. Dalam pemeriksaan pihak sekolahan melibatkan dokter mata dari Rumah Sakit (RS) Dr YAP.
“Ternyata antusias anak-anak mengikuti pemeriksaan mata dan bantuan kacamata secara gratis ini mendapatkan sambutan baik,” imbuhnya
Pemeriksaan gratis ini diperuntukkan untuk 85 siswa SD, SMP, SMA se-DIY dengan random. Panitia mendatangi sekolah-sekolah untuk menawarkan pemeriksaan gratis ini bagi siswa yang mengalami kendala dalam proses belajar.
BACA JUGA : KPAID Kota Jogja Pastikan Korban Siswa Tak Berjilbab Berangsur Membaik
Dorong Laju Ekspor, LPEI Jalin Kerjasama Pemasaran dengan PT Brisma
Rabun Jauh Meningkat
Dari hasil pemeriksaan tercatat ada peningkatan anak mengalami rabun jauh atau miopia usai pandemi.
“Setelah pandemi banyak anak-anak yang periksa. Di rumah sakit banyak yang mandiri bisa sampai 50 persen (peningkatannya),” kata dokter mata RS Dr YAP Anggun Desi Wulandari, saat menghadiri pemeriksaan dan bantuan kacamata gratis di SMA Negeri 3 Jogja, tersebut.
Anggun mengungkapkan, peningkatan rabun jauh ini terjadi karena selama pandemi proses kegiatan belajar dan mengajar saat itu menggunakan gadget atau komputer. Ini sesuai dengan faktor resiko rabun jauh dari membaca jarak dekat. “Karena aktivitas jarak dekat, membaca jarak dekat. Melihat jarak dekat,” katanya.
Ia menjelaskan peningkatan kasus rabun jauh pada anak ini, terdeteksi dari peningkatan jumlah anak. Saat iniebih banyak yang terdeteksi mata minus.
Bagi anak yang diketahui mengalami mata minus, kata dia, sebaiknya anak memang menggunakan kacamata. Karena ada resiko bagi mata anak jika dipaksakan tak menggunakan alat bantu penglihatan itu.
“Kalau anak perlu kacamata sebaiknya terus menggunakan kacamata. Karena kalau nggak pakai kacamata ada keluhan gejala lainnya seperti mata malas karena miopinya tidak terkoreksi minusnya bertambah ,” tuturnya.
Mata malas atau amblyopia, menurut Anggun, terjadi karena mata tidak mendapatkan rangsangan cahaya yang cukup. “Istilahnya kalau kita normal kan kita melihat itu merupakan rangsangan ya. Mata kita ada gangguan, kita tidak bisa melihat dengan jelas maka itu rangsangan matanya jadi berkurang,” jelasnya.
Jika sudah terjadi mata malas ini, Anggun mengungkapkan, harus ada terapi lebih lanjut. Tak hanya hanya menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata saja. “Kalau sudah mata malas itu perlu terapi lebih lanjut. Jadi tidak cukup hanya menggunakan kacamata saja,” ucap Anggun. (Ana).