JOGJA – Perkembangan sektor pariwisata di Kota Jogja harus diimbangi adanya standarisasi pelayanan wisatawan. Diantaranya perihal pelayanan kuliner yang masih rentan dengan aji mumpung dengan cara “nuthuk” harga yang tinggi. Selain itu penting adanya jaminan keamanan dan kehalalan produk kuliner.
“Tindakan nuthuk harga atau hal lain yang merusak citra kota wisata harapannya jangan terjadi lagi,” terang Wakil Ketua Komisi B, DPRD Kota Jogja, Rifki Listianto, saat menanggapi perkembangan wisata di Kota Jogja, Sabtu (28/5/2022).
Politisi PAN itu mengatakan Jogja selama ini dikenal sebagai kota tujuan wisata. Industri pariwisata bahkan menjadi lokomotif jalannya perekonomian. Maka, selain infrastruktur faktor pendukung wisata yang tidak boleh diabaikan ialah standarisasi pelayanan wisatawan.
“Agar wisatawan yang datang memperoleh kesan baik sehingga tertarik untuk terus berkunjung ke Jogja bahkan memperpanjang masa kunjungan di kota ini,” katanya.
Oleh karena itu baik destinasi wisata, pedagang kuliner, oleh-oleh dan cinderamata, tukang becak, kusir andong serta semua pelaku wisata, harus memenuhi standar pelayanan yang disepakati bersama. Pembinaan dari OPD terkait pun perlu dilakukan secara berkesinambungan.
Selain itu tidak sedikit pula wisatawan yang berburu aneka kuliner ketika berkunjung di Kota Jogja. Baik kuliner khas Jogja maupun kuliner lain yang dijajakan oleh masyarakat. Sehingga keamanan dan kehalalan produk kuliner harus terjamin.
“Seperti misalnya ada label halal yang tertera jelas. Bagi kuliner yang mengandung Babi pun harus ditonjolkan gambar hewan tersebut. Tidak sekadar bertuliskan ‘B1’ atau ‘B2’ supaya menjaga kenyamanan semua pihak,” ungkapnya.
Terkait potensi ekonomi di sektor industri pariwisata, pria asal Patehan, Kecamatan Kraton, Kota Jogja, turut prihatin dengan angka gini ratio atau ketimpangan pendapatan warga yang masih tinggi.
“Apalagi gini ratio justru banyak ditemukan di wilayah yang menjadi pusat kunjungan wisatawan. Ini menunjukkan belanja wisatawan belum dirasakan merata oleh warga sekitar,” beber dia.
Harapannya tersebar sentra-sentra UMKM yang dibangun di berbagai lokasi strategis guna memasarkan produk lokal. Di samping itu, kampung wisata yang dikelola masyarakat baik berupa stimulan bagi pengelola, fasilitasi atraksi wisata hingga pelibatan dalam berbagai promosi wisata.
“Sekali lagi, yang tak boleh dilewatkan faktor faktor pendukung wisata harus benar-benar diperhatikan,” tegas Rifki. (Ana)