JOGJA – Rombongan peserta yang terdiri dari para dosen dan mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) telah melewati serangkaian Join Summer Program 2022. Mereka telah kembali ke Jogja, Minggu (28/8/2022), setelah melalukan kegiatan kolaborasi sejak tanggal 1 Agustus 2022 di Istanbul, Turki.
Beragam pengalaman menarik diperoleh para peserta selama berlangsungnya Join Summer Program, 2022. Terakhir, pada hari Rabu (24/8/022) sebanyak empat dosen dan 18 mahasiswa Jurusan Arsitektur FTSP UII diundang ke Konsulat Jendral Indonesia di Istanbul. Dalam kesempatan ini disampaikan juga laporan kegiatan selama satu bulan terakhir yang telah dilakukan di Fatih Sultan Mehmet Vakif University oleh Sekretaris Jurusan Arsitektur FTSP UII Assist. Prof Dr.-Ing Nensi Golda Yuli.
Menurutnya, Summer School Program ini telah dilakukan sebanyak tujuh kali, yang merupakan program kolaborasi antara Jurusan Arsitektur FTSP UII dengan Fakultas Arsitektur Fatih Sultan Mehmet Vakif University (FSMVU), yang dilaksakan secara bergantian di Istanbul dan Yogyakarta.
Tahun ini diikuti oleh 18 mahasiswa UII dan 12 Mahasiswa FSMVU yang dibimbing oleh lima dosen UII dan tiga dosen FSMVU. Adapun proyek kolaborasi yang dilakukan tahun ini mengambil tema Tourism Hub, yang berlokasi di empat titik di daerah pusat pariwisata Istanbul, Sultanahmet. Sultanahmet sendiri merupakan jantung pariwisata utama Istanbul, karena terdiri dari banyak objek wisata terbaik, salah satunya adalah Hagia Sophia, Blue Mosque dan Basilica Cistern.
BACA JUGA : Arsitektur UII Berangkatkan Mahasiswa Ikuti Joint Summer Program di Luar Negeri
Empat Mahasiswa Arsitektur UII Lolos Belajar di Eropa dan Amerika
Studio desain yang dilakukan 30 mahasiswa selain dilakukan di kampus FSMVU, juga dilakukan di salah satu bagian Gedung di kompleks Hagia
Sophia, yaitu ex Madrasa Hagia Sophia, yang saat ini merupakan Research Center dari FSMVU.
Di hadapan Konsulat Jenderal RI, Bapak Imam As’ari, salah salah satu perwakilan mahasiswa mempresentasikan produk desain kolaborasinya yang berjudul TALACIS. Talacis merupakan singkatan dari Talaatpasha-Cistern, karena lokasi proyek berada di Basilica Cistern dan
merevitaliasi salah satu bangunan bersejarah Talaat Pasha House, rumah seorang Bapak Modern Turki.
Tourism hub yang didesain pada bangunan ini tetap memperhatikan situs bangunan bersejarah yang ada di lokasi eksisting. Permasalahan antrian panjang wisatawan yang akan menikmati Basilica Cistern, sebuah ruang bawah tanah yang mengelola penyimpanan air untuk wilayah Istanbul dan sekitarnya pada masa lalu, sekaligus memiliki desain arsitektural bawah tanah yang sangat indah, diselesaikan dengan mengusulkan beberapa ruang eksibisi untuk mengurai antrian wisatawan sebelum masuk ke Basilica Cistern.
Mutiara Sally, mahasiswa program Internasional Prodi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur UII menyampaikan bahwa usulan desain yang diberikan mengusung konsep yang menghargai aspek kesejarahan bangunan eksisting dengan menambah beberapa fungsi baru untuk dapat mengatasi permasalahan desain di lokasi proyek, salah satunya antrian masuk objek wisata, Basilica Cistern.
Pun, proyek yang dipresentasikan mendapat apresiasi sangat baik oleh Konsulat Jendral RI di Istanbul, Bapak Imam As’ari. Bapak Konjen juga menyampaikan beberapa hal penting kepada mahasiswa baik dalam pengembangan keilmuan arsitektur maupun penyiapan masa depan bagi seorang mahasiswa.
Diantara pesan beliau adalah dalam pengembangan keilmuan arsitektur haruslah menghargai sejarah. Generasi muda harus tahu, paham dan hormat akan sejarah bangsanya. Hal ini akan memberi dampak sangat berharga terhadap respon kita akan lingkungan terbangun di masa depan.
Jika seorang mahasiswa arsitektur paham dan menghargai kesejarahan, maka dia tidak akan semena-mena melakukan perancangan bangunan. Melihat konteks Istanbul, konsep
utama pengembangan pariwisatanya adalah bertumpu dari suguhan wisata sejarah melalui bangunan-bangunan yang ada. Dengan menghargai dan merawat bangunan bersejarah yang akan menjadi objek wisata, Istanbul memiliki daya tarik khas bagi banyak orang dari seluruh dunia.
Pada akhirnya sektor pariwisata ini akan serta merta memberi dampak terhadap kinerja perekonomian maupun sosial budaya masyarakat Istanbul. Hal lain yang dipesankan oleh Bapak Konjen adalah tentang networking yang perlu terus dipupuk para mahasiswa. Kegiatan summer school dinilai sangat strategis untuk memulai jejaring Kerjasama antar mahasiswa di level internasional, mulai dari sekedar berkomunikasi informal, mendiskusinya banyak hal penting
yang menjadi dinamika masyarakat hingga nanti akan dapat melakukan berbagai proyek kolaborasi lanjutan di bidang arsitektur. (Ana)